PENDAHULUAN
TAKUT
CUCI DARAH
Lima
hari yang lalu Joni (25 th) datang ke RSDM karena tidak bisa buang air kecil.
Sebelumnya setiap buang air kecil pancaran
urin kecil sejak 1 bulan terakhir dan harus mengejan. Oleh dokter dicoba
dipasang kateter urin per uretra, tapi tidak berhasil, dan pasien menolak untuk
dilakukan pemasangan kateter suprapubik. Oleh dokter di IGD diduga ada sumbatan
pada saluran kencing dan kemungkinan
harus di operasi. Pasien menjadi takut dan memilih untuk pulang paksa.
Setelah
dua hari berada di rumah Joni menjadi lemas, dan muntah-muntah. Karenba gejala
tidak menghilang dan bertambah berat, Joni dibawa keluarganya ke RSDM lagi.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, dokter menyarankan Joni
untuk menjalani operasi, tapi sebelumnya Joni harus cuci darah.
Keluarga
Joni, sebetulnya tidak setuju bila Joni harus menjalani cuci darah. Mereka
khawatir Joni akan “kecanduan cuci darah”. Hal yang mendasari pemikiran
keluarga adalah kejadian yang menimpa tetangga mereka yang bernama pak Darno.
Pak Darno memang telah mengidap penyakit infeksi ginjal selama bertahun-tahun
dan menjalani cuci darah rutin 2 X seminggu dengan pertimbangan hasil perhitungan
CCT kurang dari 10cc/menit.
Akan tetapi dokter yang merawat Joni
menjelaskan, bahwa apa yang dialami Joni dan pak Darno berbada. Menurut dokter,
jika dilakukan operasi dan cuci darah kemungkinan fungsi ginjal Joni akan
mengalami perbaikan.
A.
Rumusan Masalah
1
Bagaiman Anatomi dan Histologi sistem Uropoetika?
2
Bagaimana mekanisme pembentukan urin?
3
Apa saja macam-macam infeksi di sistema Uropoetika?
4
Apa saja macam-macam dan indikasi kateterisasi?
5
Bagaimana cara kerja teknik cuci darah beserta indikasinya?
6
Apa saja macam-macam batu dalam sistema uropoetika?
7
Pemeriksaan fisik apa yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis?
8
Pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis?
B.
Tujuan Penulisan
1
Untuk mengetahui Anatomi dan Histologi sistem Uropoetika.
2
Untuk mengetahui mekanisme pembentukan urin.
3
Untuk mengetahui macam-macam infeksi di sistema Uropoetika.
4
Untuk mengetahui macam-macam dan indikasi kateterisasi.
5
Untuk mengetahui cara kerja teknik cuci darah beserta
indikasinya.
6
Untuk mengetahui macam-macam batu dalam sistema uropoetika.
7
Untuk mengetahui pemeriksaan fisik apa yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.
8
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis.
C. Manfaat Penulisan
1.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Anatomi dan Histologi
sistem Uropoetika.
2.
Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme pembentukan urin.
3.
Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam infeksi di sistema
Uropoetika.
4.
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami macam-macam dan indikasi
kateterisasi.
5.
Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja teknik cuci darah
beserta indikasinya.
6.
Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam batu dalam sistema
uropoetika.
7.
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan fisik apa yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
8.
Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang apa yang
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
BAB II
STUDI PUSTAKA
ANATOMI
SISTEM UROPOETIKA
Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang,
terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan
posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang
lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak
ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra
T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2
(kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah
pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal
kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.
Secara
umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian: