PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anemia
merupakan masalah medic yang paling sering dijumpai di seluruh dunia. Di Negara
berkembang, anemia merupakan masalah kesehatan utama masyarakat. Hal tersebut
dipengaruhi banyak factor yang paling sering merupakan masalah-masalah
social-ekonomi. Pola hidup masyarakat di Negara berkembang yang di bawah
standar kesehatan menyebabkan kasus
anemia sering terjadi terutama Anemia Defisisensi Besi(ADB). Sebagai contoh,
masyarakat yang sering mengkonsumsi sayuran lebih sering menderita ADB. Selain
itu perekonomian masyarakat di Negara berkembang yang sangat rendah menyebabkan
pola hidup masyarakat tidak layak.
Anemia
bukanlah penyakit suatu kesatuan tersendiri, tetapi merupakan gejala dari
beberapa penyakit dasar. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidaklah cukup
hanya sampai label anemia tetapi perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,
seperti: index eritrosit dan morfologi eritrosit.
Sebuah penyakit yang diklaim sebagai
Anemia Defisiensi Besi muncul pada sekitar tahun 1500 sebelum masehi
dengan ditemukannya bukti pada papyrus
seorang mesir. Anemia Defisiensi Besi merupakan anemia yang paling sering
dijumpai terutama pada negara-negara tropik atau negara dunia ketiga, oleh
karena erat hubungannya dengan taraf ekonomi negara tersebut. Anemia ini
mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan
yang sangat merugikan seta dampak sosial yang cukup serius. Di Indonesia
sekitar 20 – 30 % laki-laki dewasa menderita anemia. Sebuah perhitungan yang
memprihatinkan untuk kriteria usia produktif, bahkan tidak sedikit juga
penderita anemia dengan berbagai rentang umur.
Anemia adalah sebuah penyakit yang dapat
dikatakan (underlying disease) atau
penyakit yang merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar. Anemia Defisiensi
Besi, penyakit yang akan dibahas kali ini termasuk anemia hipokromik
mikrositer. Jenis anemia yang mempunyai warna yang pucat dan mempunyai ukuran
yang abnormal yaitu lebih kecil dari biasanya.
Adapun contoh kasusnya adalah
sebagai berikut : Pada
kasus ini seorang anak 2 tahun 6 bulan menderita Hernia Inguinalis Lateralis
Sinistra Reponibilis yang melakukan pemeriksaan pre-operasi. Pada pemeriksaan
anamnesa didapatkan berat badan tidak naik-naik, pucat, lemas, dan tidak pernah
mengeluh sesak nafas sebelumnya. Pemeriksaan laoratorium tanggal 16 Juni 2007
mempunyai simpulan bahwa anak menderita ADB dengan harga Hb, Hct, AE, dibawah
normal. Pemeriksaan 18 Juni 2007 menunjukan bahwa harga MCH, MCHC, MCV dari
sang anak turun disertai denga harga TIBC yang meningkat dan telapak tangan dan
kaki pucat, tidak ditemukan nafas cuping hidung dan retraksi dinding dada.
Penderita telah diberikan penatalaksanaan yang diperlukan dan telah dilakukan
post test setelah transfusi.
Jadi kesimpulan
sementara adalah anak tersebut menderita anemia, maka dari itu untuk persiapan
operasi hernia, perlu dilakukan penatalaksanaan anemia terlebih dahulu.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah korelasi
antara Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis yang diderita pasien
dengan Anemia Defisiensi Besi?
2. Bagaimana
sintesis hemoglobin dan Fe (besi) yang normal serta hubungan antara sintesis
hemoglobin dengan besi?
3. Apakah yang
dimaksud dengan bising jantung?
4. Apakah korelasi
bising jantung dengan anemia?
5. Bagaimana Anemia
Defisiensi Besi dilihat dari gejala, etiologi,
patofisiologis, diagnosis, differential
diagnose, pencegahan, penatalaksanaan, serta prognosis?
C.
Tujuan dan Manfaat
Penulisan
1. Mengetahui
hubungan antara Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis dengan Anemia
Defisiensi Besi.
2. Mengetahui
metabolisme Fe (besi) dan Hb (hemoglobin) secara normal serta hubungan antara
sintesis hemoglobin dengan besi.
3. Mengetahui
hemapoesis secara normal terutama eritopoesis.
4. Mengetahui
secara rinci klasifikasi dari penyakit anemia.
5. Mengetahui
pathogenesis, gejala, patofisiologis, diagnosis, DD, pencegahan serta prognosis
dari Anemia Defisiensi Besi.
6. Mengetahui
secara jelas perbedaan Anemia Defisiensi Besi dibanding dengan anemia lainnya.
7. Mengetahui pemeriksaan
penunjang demi menegakkan diagnosis yang telah diambil.
PEMBAHASAN
A. Anemia
Defisiensi Besi
Anemia
Defisiensi Besi (ADB) adalah animea yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoesis
- Etiologi ADB
a. Kehilangan
besi akibat pendarahan menahun
b.Faktor nutrisi: akibat kurangnya
besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak
baik.
c. Kebuthan
besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan
d.Gangguan absorbs besi: gasektomi,
tropical sprure, atau colitis kronik.
e. Infeksi
cacing tambang.
2. Patofisiologi
Ø
Pendarahan menahun menyebabkan kehilangan besi
sehingga cadangan besi semakin menurun. Jika cadangan besi menurun keadaan ini
disebut iron depleted state. Keadaan ini ditandai dengan penurunan kadar
feritin serum, peningkatan absorbs besi, serta pengecatan besi dalam sumsum
tulang negatif. Apabila terus terjadi maka akan mempengaruhi bentuk eritrosit.
Pada fase ini saturasi transferin menurun dan TIBC meningkat. Apabila jumlah
besi terus menurun maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar
hemoglobin menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut
sebagai iron deficiency anemia.
3. Manifestasi Klinis ( Gejala )
Gejala
yang khas pada anemia defisiensi besi
·
Koilonycia:kuku sendok, kuku menjadi rapuh
·
Atrofi papil lidah
·
Stomatitis angularis
·
Disfagia: nyeri menelan
·
Atrofi mukosa gester
4. Diagnosis
·
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi
besi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, missal konjuctiva dan
pemeriksaan kuku.
·
Pemeriksaan Penunjang : Anemia Hipokromik
mikrositer pada apusan darah, atau MCV <80 fl dan MCHC < 31%, Besi serum
<50mg/dl, TIBC>350mg/dl,Saturasi transferin< 15%, Feritin serum<20
mg/l
5. Diagnosis Banding
|
ADB
|
Anemia Penyakit Kronik
|
Trait Thalassemia
|
Anemia Sideroblastik
|
derajat animea
|
ringan sampai berat
|
ringan
|
ringan
|
ringan sampai berat
|
MCV
|
menurun
|
menurun/N
|
menurun
|
menurun/N
|
MCH
|
menurun
|
menurun/N
|
menurun
|
menurun/N
|
Besi Serum
|
menurun <30
|
menurun <50
|
normal/↑
|
normal/↑
|
TIBC
|
meningkat >360
|
menurun <300
|
normal/↓
|
normal/↓
|
Saturasi Transferin
|
menurun <15%
|
menurun/N 10-20%
|
meningkat >20%
|
meningkat >20%
|
Besi Sumsum Tulang
|
Negative
|
positif
|
positif kuat
|
positif dengan ring sideroblast
|
Protoporfirin Eritrosit
|
meningkat
|
meningkat
|
normal
|
normal
|
Feritin Serum
|
menurun <20 μg/l
|
normal 20-200 μg/l
|
meningkat >50 μg/l
|
meningkat >50 μg/l
|
Elektroforesis Hb.
|
N
|
N
|
Hb. A2 meningkat
|
N
|
6.
Penatalaksanaan
Setelah diagnosis ditegakkan,maka dibuat rencana pemberian terapi.
Terapi terhadap anemia defisiensi besi adalah :
a. Terapi
kausal adalah terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing
tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terapi kausal harus
dilakukan,kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
b. Pemberian
preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tunuh (iron replacement therapy).
Terapi Besi Oral.Karena besi dala
bentuk fero paling mudah diabsorbsi, maka preparat besi untuk pemberian oral
tersedia dalam bentuk berbagai garam fero seperti fero sulfat,fero glukonat,
fero fumarat,fero laktat,dan fero suksinat.
BEBERAPA
JENIS PREPARAT BESI ORAL
Preparat
|
Tablet
|
Elemen besi tiap tablet
|
Dosis lazim untuk dewasa (∑ tablet/hari)
|
Fero sulfat (hidrat)
|
325 mg
|
65 mg
|
3-4
|
Fero glukonat
|
325 mg
|
36 mg
|
3-4
|
Fero fumarat
|
200 mg
|
66 mg
|
3-4
|
Fero fumarat
|
325 mg
|
106 mg
|
2-3
|
Preparat besi
oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong, tetapi efek samping lebih sering
dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Pada pasien yang mengalai
intoleransi,sulfas ferosus dapat diberikan saat makan atau setelah makan.
Pengobatan
besi diberikan 3-6 bulan, ada juga yang menganjurkan sampai 12 bulan, setelah
kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan besi tubuh.
Untuk
meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan preparat vitamin C, tetapi dapat
meningkatkan efek samping terapi. Dianjurkan pemberian diet yang banyak
mengandung hati dan daging yang banyak mengandung besi, seperti hati, jantung,
kuning telur, ragi, kerang, kacang-kacangan, dan buah-buahan tertentu.
Terapi Besi Parenteral. Penggunaan
sediaan untuk suntikan IM dalam dan IV hanya dibenarkan bila pemberian oral
tidak mungkin; misalnya pasien bersifat intoleran terhadap sediaan oral, atau
pemberian oral tidak menimbulkan respons terapeutik. Iron-dextran(imferon) mengandung 50 mg Fe setiap mL (larutan
5%)untuk penggunaan IM atau IV. Dosis total yang diperlukan dihitung
berdasarkan beratnya anemia,yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb.
Pada hari pertama disuntikkan 50 mg,dilanjutkan dengan 100-250 mg setiap hari
atau beberapa hari sekali. Penyuntikkan dilakukan pada kuadran atas luar m. gluteus dan secara dalam untuk
menghindari pewarnaan kulit.
Preparat
suntikan lainnya yaitu Iron-sucrose
dan Iron sodium gluconate.
7. Prognosis
Kemungkinan penderita untuk sembuh dari penyakit ini sangat besar jika
penderita melakukan terapi secara rutin dan menjaga asupan gizi makanannya
secara benar.
B. Sintesis Hemoglobin Normal
Proeritoblas
Stadium retikulosit
(ketika retikulosit meninggalkan sumsum
tulang kemudian menuju aliran darah )
I.
2 suksinil ko-A + 2 glisin
II.
4 Pir protoporfirin IX
III.
Protoporfirin IX + Fe + + Heme
IV.
Heme + Polipeptida
Rantai Hb atau α/β
V.
2 Rantai α + 2 Rantai β Hb
C. Metabolisme Fe (Besi)
Bilirubin Feritin hemosiderin
Heme
Hemoglobin diuraikan besi
bebas Enzim
Hemoglobin transferin Fe
D. Bising Jantung
Bising jantung
atau mur-mur merupakan suara auskultasi,benigna atau patologik, terutama
suara periodic yang berlangsung singkat
berasal dari jantung atau pembuluh darah.
Salah satu penyebabnya adalah adanya kerusakan/kelainan pada katup
jantung. Salah satunya adalah kerusakan pada katup Aorta yang menyebabkan
murmur”seperti suara meniup” yang relative bernada tinggi dan mendesis, serta
terdengar maksimal di ventrikel kiri. Keadaan ini diakibatkan oleh darah turbulen yang menyembur balik dan
bertemu dengan darah yang telah berada dalam ventrikel kiri. Dan masih ada lagi
beberapa tipe yang lain.
E. Hubungan ADB dengan Bising Jantung
Karena cadangan
besi kosong untuk pembentukan hemoglobin yang dimana disebut dengan penyakit
anemia defisiensi besi tersebut menyebabkan distribusi oksigen oleh darah
kurang maksimal sehingga menyebabkan kerja jantung lebih cepat. Sebagai
akibatnya terjadi kerusakan pada klep jantung yang menyebabkan adanya aliran
turbulensi yang apabila didengarkan pada stetoskop seperti suara bising yang
disebut dengan suara bising jantung.
F. Hubungan ADB dengan Hernia Inguinalis
Lateralis Sinistra Reponibilis
Setelah
dirunut melalui berbagai sumber dan diskusi didapatkan bahwa tidak ada kaitan
anatara penyakit Anemia Defisiensi Besi dan penyakit Hernia yang diderita
pasien. Hernia yang diderita pasien hanya berpengaruh terhadap berat badan
pasien yang tidak kunjung naik. Dikarenakan gangguan penyerapan nutrisi karena
gangguan pada usus yang disebabkan karena hernia tersebut
KESIMPULAN
Pasien menderita penyakit
Anemia Defisiensi Besi yang disebabkan karena kosongnya cadangan besi dalam
tubuh. Penyakit ini tidak berhubungan dengan penyakit hernia inguinalis
lateralis sinistra reponibilis yang diderita oleh pasien. Penyakit hernia
tersebut berhubungan dengan berat badan yang tak kunjun naik. Sedangkan
penyakit ADB yang diderita pasien menyebabkan pendistribusian oksigen oleh
darah menjadi tidak maksimal sehingga membuat kerja jantung semakin cepat dan
menyebabkan kerusakan pada klep jantung yang menimbulkan aliran turbulensi yang
membuat suara bising pada jantung. Penatalaksanaannya yaitu dengan terapi
kausal dan penggantian cadangan besi yang kosong.
Daftar pustaka
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FK UI.
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI.
Guyton, Arthur C. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapis FK UI.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29.
Jakarta: EGC
Bagus
BalasHapus