Selasa, 15 Januari 2013

Laporan Field Lab topik Kesehatan Reproduksi



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi mendapatkan perhatian khusus secara global sejak diangkatnya isu tersebut dalam konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan (Internationa lConference on Population and Development, ICPD) di Kairo, Mesir, pada tahun 1994. Hal yang didapat dari konferensi tersebut adalah perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan pada kesehatan reproduksi beserta pemenuhan hak – hak reproduksi. Dengan demikian pengendalian kependudukan telah bergeser ke arah yang lebih luas, yang meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi bagi laki – laki dan perempuan sepanjang siklus hidup, termasuk hak – hak reproduksi, kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan penanggulangan kekerasan gender.
     Orang tua dan generasi penerus perlu dibekali dengan pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Hal ini bertujuan agar mereka memiliki pengetahuan yang benar tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi manusia. Dengan demikian kelak mereka dapat mengembangkan keturunan yang sehat, cerdas dan produktif secara bertanggung jawab.
            Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi mengenai Kesehatan Reproduksi kepada sasaran. Adapun penyuluhan ini merupakan bagian dari Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi yang bertujuan memberikan informasi kepada sasaran dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia melalui upaya kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi secara terpadu dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.

Skenario 2 Blok Urogenitalia



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis. Torsio testis merupakan suatu kegawat daruratan vaskuler yang murni dan memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri) dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis (Siroky, 2004). Keadaan ini diderita oleh 1 diantara 400 pria yang berumur kurang dari 25 tahun, dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun) (Purnomo, 2000)
Berikut adalah skenario 2 Blok Urogenitalia :
Bambang Pamungkas, 16 tahun, diantar ke IGD RS dengan keluhan nyeri pada buah pelirnya. Sekitar setengah jam yang lalu kemaluan penderita tiba-tiba terasa nyeri sekali saat sedang nonton TV. Nyeri terasa terutama pada buah pelir kiri dan meluas hingga perut dan terasa mulasNyeri terasa terus menerus disertai muntah satu kali.
Bambang mengatakan tak ada gangguan BAK dan masih bisa kentut. Bambang Pamungkas adalah seorang yang banyak aktivitas bahkan 3 jam sebelumnya masih bermain sepak bola.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak kesakitan. Tanda vital dalam batas normal. Scrotum kiri tampak lebih besar dibanding scrotum kananwarna scrotum kanan dan kiri sama. Scrotum kiri terlihat lebih tinggi dan dengan posisi testis yang melintang. Scrotum kiri terasa nyeri saat disentuh dan nyeri menetap saat scrotum diangkat/digerakkan ke proksimal. Pada daerah inguinal kiri tak didapatkan pembengkakan.
Dokter merencanakan tindakan operasi, dijelaskan kepada pasien bahwa kejadian tersebut dapat menyebabkan kemandulan apabila tidak dioperasi.
A.            RUMUSAN MASALAH
1.             Bagaimana pathogenesis keluhan yang dialami oleh pasien?
2.             Bagaimana patofisiologi keluhan yang dialami oleh pasien?
3.             Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan penunjang dari pasien?
4.             Apa sajakah diagnosis banding pada kasus skenario di atas?
5.             Bagaimana penatalaksanaan pasien dalam skenario tersebut?
B.            TUJUAN PENULISAN
1.             Mengetahui pathogenesis keluhan yang dialami oleh pasien.
2.             Mengetahui patofisiologi keluhan yang dialami oleh pasien.
3.             Memahami interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan penunjang dari pasien.
4.             Mengetahui diagnosis banding pada skenario di atas
5.             Bagaimana penatalaksanaan pasien dalam skenario tersebut.


BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Anatomi Systema Genitalia Masculina
            Organa Genitalia Maskulina terdiri atas testis, saluran reproduksi, glandula ascessoria, serta, organ genitalia eksterna.


Testis merupakan tempat di mana terjadi proses spermatogenesis. Saluran reproduksi merupakan jalannya sperma dari testis keluar tubuh. Terdiri atas ductus epdidimis, ductus deferens, ductus ejaculatorius, serta urethra. Sedangkan galndula ascessoria terdiri atas glandula prostat, galndula bulbourethralis, dan vesica seminalis. Sedangkan organ genitalia eksterna meliputi scrotum dan penis.

Testis dan Scrotum
            Testis merupakan tempat di mana terjadi spermatogenesis atau pembentukan sperma. Testis berjumlah dua buah, berbentuk lonjong yang pada facies anterior cenderung cembung dan pada facies posterior cenderung datar.
            Testis dilapisi oleh tunica albuginea dan tunica vaginalis. Tunica vaginalis terdiri atas dua lapisan yaita pars visceralis yang melapisi testis dan pars parietalis yang berada di sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat suatu ruang yang disebut cavitas scrotalis. Di sebelah luar dari lamina parietalis tunica vaginalis terdapat musculus cremasterica.

Skenario 1 Blok Urogenitalia



PENDAHULUAN

TAKUT CUCI DARAH
            Lima hari yang lalu Joni (25 th) datang ke RSDM karena tidak bisa buang air kecil. Sebelumnya setiap buang air kecil pancaran  urin kecil sejak 1 bulan terakhir dan harus mengejan. Oleh dokter dicoba dipasang kateter urin per uretra, tapi tidak berhasil, dan pasien menolak untuk dilakukan pemasangan kateter suprapubik. Oleh dokter di IGD diduga ada sumbatan pada saluran kencing dan  kemungkinan harus di operasi. Pasien menjadi takut dan memilih untuk pulang paksa.
            Setelah dua hari berada di rumah Joni menjadi lemas, dan muntah-muntah. Karenba gejala tidak menghilang dan bertambah berat, Joni dibawa keluarganya ke RSDM lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, dokter menyarankan Joni untuk menjalani operasi, tapi sebelumnya Joni harus cuci darah.
            Keluarga Joni, sebetulnya tidak setuju bila Joni harus menjalani cuci darah. Mereka khawatir Joni akan “kecanduan cuci darah”. Hal yang mendasari pemikiran keluarga adalah kejadian yang menimpa tetangga mereka yang bernama pak Darno. Pak Darno memang telah mengidap penyakit infeksi ginjal selama bertahun-tahun dan menjalani cuci darah rutin 2 X seminggu dengan pertimbangan hasil perhitungan CCT kurang dari 10cc/menit.
Akan tetapi dokter yang merawat Joni menjelaskan, bahwa apa yang dialami Joni dan pak Darno berbada. Menurut dokter, jika dilakukan operasi dan cuci darah kemungkinan fungsi ginjal Joni akan mengalami perbaikan.
A.    Rumusan Masalah
1      Bagaiman Anatomi dan Histologi sistem Uropoetika?
2      Bagaimana mekanisme pembentukan urin?
3      Apa saja macam-macam infeksi di sistema Uropoetika?
4      Apa saja macam-macam dan indikasi kateterisasi?
5      Bagaimana cara kerja teknik cuci darah beserta indikasinya?
6      Apa saja macam-macam batu dalam sistema uropoetika?
7      Pemeriksaan fisik apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis?
8      Pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis?
B.     Tujuan Penulisan
1      Untuk mengetahui Anatomi dan Histologi sistem Uropoetika.
2      Untuk mengetahui mekanisme pembentukan urin.
3      Untuk mengetahui macam-macam infeksi di sistema Uropoetika.
4      Untuk mengetahui macam-macam dan indikasi kateterisasi.
5      Untuk mengetahui cara kerja teknik cuci darah beserta indikasinya.
6      Untuk mengetahui macam-macam batu dalam sistema uropoetika.
7      Untuk mengetahui pemeriksaan fisik apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
8      Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.

C.    Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Anatomi dan Histologi sistem Uropoetika.
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme pembentukan urin.
3.    Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam infeksi di sistema Uropoetika.
4.    Mahasiswa dapat mengerti dan memahami macam-macam dan indikasi kateterisasi.
5.    Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja teknik cuci darah beserta indikasinya.
6.    Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam batu dalam sistema uropoetika.
7.    Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan fisik apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
8.    Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
 
 BAB II
STUDI PUSTAKA


ANATOMI SISTEM UROPOETIKA
Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk  seperti kacang, terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian: