Senin, 15 Agustus 2011

Skenario 2 Blok 4 Metabolisme,Obat dan Nutrisi


OBESITAS DAN SINDROMA METABOLIK



BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak penyakit baru yang bermunculan. Hal ini tidak lepas dari berbagai faktor misalnya pola hidup masyarakat yang semakin tidak sehat. Salah satu contoh penyakit yang sering disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat ialah obesitas.
Sebagai seorang dokter, kita harus mampu memahami penyebab serta penanganan pada pasien yang mengalami obesitas atau kegemukan. Seorang dokter juga diharapkan mampu melakukan serta menganalisis pemeriksaan untuk meegakkan diagnosis pasien yang obesitas.
Obesitas atau kegemukan ialah suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat menggangu kesehatan. Obesitas sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik ialah satu kelompok kelainan metabolik yang, selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin, abnormalitas trigliserida dan homeostasis, disfungsi endotel dan hipertensi.
Pada skenario kali ini, permasalahannya ialah mengenai sindrom metabolik pada pasien obesitas. Berikut permasalahan dalam skenario kali ini:
Seorang wanita 40 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan semakin gemuk. Dari anamnesis siketahui penderita mepunyai anak gemuk. Dari pemeriksaaan fisik ditemukan tinggi badan 150 cm, berat badan 80 kg, lingkar pinggang 100 cm, dan benjolan pada ruas ibu jari kanan. Pada pemeriksaaan laboratorium gula darah puasa 120 mg/dL, trigliserida 350 mg/dL, LDL 250 mg/dL, asam urat 10 mg/dL. Hasil pemeriksaan USG abdomen kesimpulannya fattty liver.
Dari permasalahan di atas penulis akan mencoba untuk mendiagnosis penyakit yang terkait serta penyebab penyakit. Dan juga apakah ada kelainan dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium yang telah dilakukan.












BAB II
STUDI PUSTAKA

Seluruh produk digesti umumnya mengalami proses metabolisme menjadi Asetil ko-A. Dimana masing-masing sebelumnya telah diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Karbohidrat diubah menjadi gula sederhana (terutama glukosa) lalu menjadi piruvat, protein diubah menjadi asam amino, dan lipid diubah menjadi asam lemak dan gliserol, yang kemudian setelah menjadi Asetil Ko-A kemudian teroksidasikan dalam siklus asam sitrat (siklus Krebs). ATP yang dihasilkan berasal dari fosforilasi oksidatif dari produk siklus Krebs.
Dalam siklus Krebs bila konsentrasi oksaloasetat rendah, maka asetil ko-A hanya sedikit yang masuk ke dalam siklus Krebs, maka akan terbentuk Asetoasetil Ko-A (reaksi bolak-balik). Oleh karena itu, yang terjadi adalah jalur pembentukan benda keton. Benda keton selanjutnya akan dikirim ke jaringan ekstrahepatik untuk dioksidasi sehingga menghasilkan energi.
Glukosa dapat diubah menjadi glikogen (glikogenesis) dan lemak (lipogenesis). Bila tubuh sedang tidak dalam waktu makan maka glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa (glikogenolisis) dan bekerja sama dengan ginjal serta mengubah metabolit nonkarbohidrat lainnya menjadi glukosa (glukoneogenesis). Glikogenolisis pada otot mengubah glikogen langsung menjadi piruvat dan asam laktat. Sedangkan proses glikolisis mengubah glukosa menjadi piruvat dan asam laktat dan proses glikogenolisis pada otot juga disebut proses glikolisis. (Sharma AM et.al., 2007)
Setelah proses absorpsi, semua monosakarida diangkut ke dalam hati oleh aliran darah. Glikogen di dalam otot hampir seluruhnya digunakan untuk beraktifitas, namun glikogen dalam hati disimpan, dan dihabiskan dalam waktu 12-18 jam setelah berpuasa. (Shils, et.al., 2006). Glikogen hati mencapai 6% berat basah sesudah makan, sedangkan glikogen otot hanya 1%-nya saja. (Murray et.al., 2003).
Kadar glukosa dalam darah diatur oleh otak, sehingga asupan diet yang masuk sangat mempengaruhi pengaturannya. Apabila tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa, contohnya pada saat lapar atau berpuasa, otak dapat menyesuaikan penyediaan glukosa darah, walaupun dapat menggunakan badan keton dari hasil pemecahan lipid. (Shils et.al., 2006).
Lipid pada nutrisi berupa triasilgliserol kemudian dihidrolisis menjadi monoasilgliserol dan asam lemak di dalam intestinum, kemudian di reesterifikasi dalam mukosa intestinum, yang kemudian dibungkus dengan protein yang kemudian menuju sistem limfatik dan kemudian menuju aliran darah.
Asam lemak bebas dalam plasma darah adalah hasil dari lipolisis triasilgliserol ke dalam jaringan adiposa atau sebagai hasil kerja enzim lipoprotein lipase selama pengambilan triasilgliserol plasma ke dalam jaringan tubuh. Dalam keadaan cukup makan (kenyang), asam lemak bebas dalam plasma darah kadarnya rendah, sebaliknya dalam waktu puasa kadarnya akan tinggi di dalam plasma darah. Sedangkan kolesterol diangkut ke jaringan oleh LDL(kolesterol jelek), dan kolesterol bebas dari jaringan diangkut oleh HDL(kolesterol baik). Semakin tinggi nilai HDL maka baik untuk kesehatan ginjal dan hati, tetapi semakin tinggi LDL maka semakin berbahaya untuk kesehatan ginjal dan hati. (Sharma AM et.al., 2007)
Nukleoprotein dalam makanan diubah menjadi asam nukleat, yang kemudian diubah menjadi nukleotida. Nukleotida diubah kembali menjadi purin dan pirimidin bebas. Kelebihan pirimidin tidak mengganggu fungsi tubuh, namun kelebihan purin yang kemudian mengalami oksidasi menjadi asam urat, dapat menyebabkan arthritis akut, pembentukan kristal natrium urat besar (TOPHI), kerusakan sendi kronis, dan cedera pada ginjal. (Sharma AM et.al., 2007)

Fatty liver atau perlemakan hati adalah penumpukan lemak dalam sel hati yang disajikan dari usus atau transfer lipid dari bagian tubuh lain. Fatty liver terjadi karena dua tipe, yang pertama karena kelebihan asam lemak bebas di dalam darah, sehingga terjadi penumpukan triasilgliserol di dalam hepar. Hal ini salah satunya terjadi karena pemberian diet tinggi lemak. Tipe yang kedua adalah adanya penghambat metabolik dalam produksi lipoprotein plasma, yang erat kaitannya dengan hambatan produksi lipoprotein dalam darah. Oleh karena itu, memakan makanan yang berlemak tidak dengan sediri menghasilkan fatty liver. Faktor risiko fatty liver adalah peminum alkhohol, obesitas, dan kelaparan, Diabetes mellitus, kortikosteroid, racun, sindrom chusing, dan hiperlipidemia. (Murray et.al, 2003).



Obesitas merupakan suatu kondisi kronik akibat akumulasi lemak tubuh (body fat) yang abnormal, biasanya >20% dari individu dengan berat badan ideal.  Dalam kondisi normal prosentase lemak tubuh antara 25-30% pada wanita, dan 18-23% pada laki-laki. Bila pada wanita prosentase lemak tubuh >30 %  dan laki-laki >25% dikatakan obese. Faktor-faktor biologi pada jaringan adiposit mengatur terhadap rasa lapar dan metabolisme energi. Penderita obesitas berat memerlukan terapi untuk memperbaiki prognosis, bentuk tubuh, dan meminimalisasi gejala/keluhan, terutama yang berasal dari masalah fisik.
Obesitas terutama obesitas visceral harus mendapatkan penanganan yang serius karena dapat menimbulkan permasalahan baik individu dan masyarakat. Obesitas berhubungan dengan peningkatan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler. Seiring dengan peningkatan indek masa tubuh ternyata diikuti oleh peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Keberhasilan penurunan berat badan antara 5-10% dapat memperbaiki faktor risiko penyakit kardiovaskuler.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya obesitas adalah:




Gen obesitas yang mengatur sistem fisiologi terhadap peningkatan berat badan adalah :
Klasifikasi Obesitas Menurut WHO
INDEKS MASA TUBUH
KATEGORI
< 18,5
Berat badan kurang
18,5 - 24,9
Berat badan normal
25 - 29,9
Berat badan lebih
30 - 34,9
Obesitas I
35 - 39,9
Obesitas II
> 39,9
Obesitas III
Bagaimana cara menentukan obesitas?
Berat badan (Kg)
Indeks Masa Tubuh =  ——————–
Tinggi Badan (m2)
(Sukaton U, et.al.,1996)

Sindroma metabolik merupakan kumpulan kondisi ukuran tubuh yang tidak sehat dan ketidaknormalan hasil laboratorium yang menyebabkan individu memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Ciri-ciri dari penderita sindroma metabolik adalah:
Secara umum, semua kriteria yang diajukan memerlukan minimal tiga kriteria untuk mendiagnosis sidroma metabolik atau sidrom resistensi insulin. (Torpy et.al., 2006).
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan angka normal normal:
(Price and Wilson, 2005)
           
Prinsip penatalaksaan obesitas adalah keseimbangan energi menjadi negatif untuk menurunkan berat badan dan memelihara penurunan berat badan yang rendah selamanya. Keberhasilan penurunan berat badan menurut WHO adalah jika terjadi penurunan berat badan sebesar 5-15 % dari berat badan semula. Keberhasilan awal dapat diperlihatkan jika terjadi penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan pertama.

Terapi diet direncanakan berdasarkan individu. Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500-1000 kkal/hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar